Nilai nominal Obligasi Negara berdenominasi Rupiah yang tercatat dan dapat diperdagangkan melalui Bursa Efek Indonesia sampai dengan tanggal 30 Juni 2009 sebesar Rp 553,23 triliun, dengan rincian Seri Fixed Rate sebesar Rp 327,06 triliun, Seri Variable Rate sebesar Rp 145,08 triliun, Zero Coupon sebesar Rp 11,45 triliun, Obligasi Retail sebesar Rp 34,57 triliun, Surat Perbendaharaan Negara sebesar Rp 24,81 triliun, Surat Berharga Syariah Nasional sebesar Rp 4,70 triliun serta Sukuk Negara Ritel sebesar Rp 5,56 triliun. Volume transaksi Obligasi Negara yang dilaporkan melalui sistem OTC-FITS (Over the Counter Fixed Income Trading System) dan PLTO (Penerima Laporan Transaksi Obligasi) Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar Rp 363,94 triliun selama periode Januari hingga Juni tahun 2009. Nilai transaksi tersebut mengalami penurunan sebesar 28,79% dibandingkan dengan transaksi SUN selama periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp 511,10 triliun. Rata-rata transaksi Obligasi Negara per hari selama Semester I tahun 2009 sebesar Rp 3.007,77 miliar (121 hari), sedangkan selama periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp 4.189,34 miliar (122 hari).
Di lain pihak, nilai nominal Obligasi Korporasi yang tercatat dan dapat diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia per 30 Juni 2009 dalam denominasi Rupiah sebesar Rp 81,59 triliun. Volume transaksi Obligasi Korporasi berdenominasi Rupiah yang dilaporkan melalui sistem OTC-FITS (Over the Counter Fixed Income Trading System) dan PLTO (Penerima Laporan Transaksi Obligasi) Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar Rp 19,11 triliun selama periode Januari hingga Juni 2009. Sama halnya dengan Obligasi Negara, nilai transaksi tersebut mengalami penurunan sebesar 36,66% dibandingkan dengan transaksi Obligasi Korporasi selama periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp 30,18 triliun. Rata-rata transaksi Obligasi Korporasi berdenominasi Rupiah per hari selama Semester I tahun 2009 sebesar Rp 157,97 miliar (121 hari), sedangkan selama periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp 247,34 miliar (122 hari).
Nilai Surat Utang Negara (SUN) pada posisi per akhir Juni 2009 sebesar Rp 553,23 triliun, atau meningkat sebesar 5,24% ytd dibandingkan dengan posisi per akhir Desember 2008 sebesar Rp 525,69 triliun. Penempatan terbesar per akhir Juni 2009 terdapat pada sektor perbankan yang mencapai Rp 272,16 triliun (merupakan 49,19% dari total) yang cenderung bergerak meningkat dari awal tahun 2009 hingga akhir Maret 2009 namun kemudian menurun dari bulan April 2009 hingga Juni 2009. Penempatan pada non perbankan per akhir Juni 2009 mencapai Rp 256,96 triliun (merupakan 46,45% dari total), atau meningkat dari periode akhir Desember 2008 sebesar Rp 243,93 triliun. Porsi kepemilikan asing terhadap SUN menunjukkan tren penurunan dari akhir Desember 2008 sebesar Rp 87,61 triliun menjadi Rp 79,83 triliun per akhir Maret 2009, namun kemudian kembali meningkat hingga akhir Juni 2009 mencapai Rp 87,15 triliun (15,75% dari total). Penurunan porsi asing selama Triwulan I tahun 2009 tersebut terutama disebabkan oleh pengetatan likuiditas yang masih membayangi kondisi pasar keuangan global sebagai konsekuensi dari masih berlangsungnya penurunan aktivitas ekonomi di sejumlah negara maju. Investor asing cenderung untuk memindahkan dananya dari SUN dan membeli mata uang US Dollar karena saat ini US Dollar dianggap sebagai safe haven currency, yaitu mata uang yang paling aman untuk dipegang di tengah resesi ekonomi global yang melanda hampir seluruh dunia. Sementara itu, tren peningkatan porsi investor asing selama Triwulan II tahun 2009 terutama disebabkan oleh optimisme perbaikan ekonomi global telah menumbuhkan minat investasi terhadap aset di pasar keuangan emerging markets, termasuk Indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bloomberg, kurva tingkat imbal hasil Obligasi Pemerintah bergerak menurun dari posisi per 31 Desember 2008 hingga posisi per 30 Juni 2009 (peningkatan harga pasar Obligasi Pemerintah), terutama untuk obligasi jangka waktu 1 tahun hingga 15 tahun karena arus investasi asing yang masuk ke pasar surat utang masih terbatas. Sentimen positif berasal dari tren penurunan inflasi selama Semester I tahun 2009 dari 11,06% yoy pada akhir Desember 2008 menjadi 3,65% per akhir Juni 2009, serta kestabilan kondisi politik pasca Pemilu. Sementara itu, yield obligasi jangka waktu lebih dari 15 tahun meningkat tipis (terjadi penurunan harga pasar Obligasi Pemerintah), sebagai dampak dari yield curve obligasi pemerintah per 31 Desember 2008 yang flat, akibat gejolak pasar keuangan global yang mengarah pada pengetatan likuiditas secara global, pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar serta kenaikan risiko emerging market.
Yield Obligasi Pemerintah jangka pendek hingga menengah per tanggal 30 Juni 2009 berkisar antara 7,88% hingga 9,86%, sedangkan untuk obligasi jangka panjang memiliki tingkat yield yang antara 10,15% hingga 12,34%. Di lain pihak, Yield Obligasi Pemerintah jangka pendek hingga menengah per tanggal 31 Desember 2008 berkisar antara 11,27% hingga 11,80%, sedangkan untuk obligasi jangka panjang memiliki tingkat yield yang antara 11,83% hingga 12,22%.
Tampilkan postingan dengan label Working. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Working. Tampilkan semua postingan
Kamis, 22 Oktober 2009
Tingkat Inflasi Semester I Tahun 2009
Laju inflasi tahun kalender (Januari – Juni 2009) sebesar 0,21% ytd, dimana telah terjadi deflasi pada bulan Januari 2009 sebesar 0,07% serta bulan April 2009 sebesar 0,31%. Adanya tren penurunan inflasi selama setahun terakhir berdampak pada laju inflasi year on year (Juni 2009 terhadap Juni 2008) yang cukup rendah yaitu sebesar 3,65%, atau lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada akhir tahun 2008 sebesar 11,06% yoy. Penurunan tekanan inflasi dari sisi internal terutama disebabkan oleh terjaganya pasokan bahan pangan domestik, serta tidak adanya kebijakan strategis di bidang harga dari Pemerintah. Dari sisi eksternal, penurunan tersebut terkait pula dengan apresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar yang cukup besar.
Inflasi selama periode Januari hingga Juni 2009 tersebut terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok barang dan jasa sebagai berikut: kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau 3,61% ytd, kelompok sandang 2,52% ytd, kelompok kesehatan 2,49% ytd, kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 0,68% ytd, serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,44% ytd. Di lain pihak, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 4,35% ytd. Begitu pula dengan kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi sebesar 0,34% ytd, yang tidak terlepas dari pola musiman bahan pangan yang diikuti dengan kecukupan pasokan terkait musim panen raya beras. Selain itu, produksi bahan pangan secara umum yang mencukupi dan ditunjang distribusi yang lancar, telah mendorong penurunan harga kelompok bahan pangan tersebut.
Laju inflasi inti periode Januari – Juni 2009 sebesar 1,88% ytd, sedangkan laju inflasi inti year on year sebesar 5,56%, atau cenderung menurun dibandingkan dengan akhir tahun 2008 sebesar 8,29% yoy.
Kecukupan produksi dan kelancaran distribusi bahan makanan, membaiknya ekspektasi inflasi, masih relatif rendahnya kapasitas produksi terpakai, dan minimalnya kebijakan pemerintah di bidang harga merupakan faktor utama di balik proyeksi penurunan inflasi selama tahun 2009. Berdasarkan agregasinya, tekanan inflasi dari kelompok inti di sepanjang tahun 2009 diperkirakan cenderung menurun seiring dengan menurunnya ekspektasi inflasi masyarakat, tekanan sisi permintaan yang minimal, serta stabilnya inflasi impor.
Inflasi selama periode Januari hingga Juni 2009 tersebut terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok barang dan jasa sebagai berikut: kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau 3,61% ytd, kelompok sandang 2,52% ytd, kelompok kesehatan 2,49% ytd, kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 0,68% ytd, serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,44% ytd. Di lain pihak, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 4,35% ytd. Begitu pula dengan kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi sebesar 0,34% ytd, yang tidak terlepas dari pola musiman bahan pangan yang diikuti dengan kecukupan pasokan terkait musim panen raya beras. Selain itu, produksi bahan pangan secara umum yang mencukupi dan ditunjang distribusi yang lancar, telah mendorong penurunan harga kelompok bahan pangan tersebut.
Laju inflasi inti periode Januari – Juni 2009 sebesar 1,88% ytd, sedangkan laju inflasi inti year on year sebesar 5,56%, atau cenderung menurun dibandingkan dengan akhir tahun 2008 sebesar 8,29% yoy.
Kecukupan produksi dan kelancaran distribusi bahan makanan, membaiknya ekspektasi inflasi, masih relatif rendahnya kapasitas produksi terpakai, dan minimalnya kebijakan pemerintah di bidang harga merupakan faktor utama di balik proyeksi penurunan inflasi selama tahun 2009. Berdasarkan agregasinya, tekanan inflasi dari kelompok inti di sepanjang tahun 2009 diperkirakan cenderung menurun seiring dengan menurunnya ekspektasi inflasi masyarakat, tekanan sisi permintaan yang minimal, serta stabilnya inflasi impor.
Nilai Tular Rupiah Terhadap US Dollar Semester I Tahun 2009
Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal 30 Juni 2009 sebesar Rp 10.225/US$ atau sedikit menguat sebesar 6,62% ytd dibandingkan dengan posisi kurs per tanggal 31 Desember 2008 sebesar Rp 10.950/US$. Proses pemulihan ekonomi global yang terus berlanjut, khususnya di Asia, memberikan sentimen positif sehingga persepsi risiko terhadap negara berkembang membaik. Dari sisi domestik, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) khususnya transaksi berjalan yang mencatat surplus dan cadangan devisa yang memadai, imbal hasil yang menarik serta kondisi sosial politik yang terkendali pasca Pilpres cukup kondusif bagi penguatan nilai tukar Rupiah.
Cadangan devisa Indonesia dari akhir Desember 2008 sebesar US$ 51,639.32 sempat mengalami penurunan per akhir Januari 2009 (US$ 50,869.55 juta) dan Februari 2009 (US$ 50,564.33 juta) karena melemahnya kinerja ekspor selama periode tersebut. Periode akhir Maret 2009 hingga akhir Juni 2009, cadangan devisa menunjukkan peningkatan menjadi US$ 57,576,02 juta, atau setara dengan 5,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Hal ini terutama disebabkan oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan sejalan dengan membaiknya ekspor, yang didukung oleh meningkatnya permintaan komoditas berbasis sumber daya alam oleh beberapa negara, terutama China dan negara Asia non-Jepang lainnya, serta perkembangan harga komoditas selama Semester I tahun 2009.
Di pasar saham Indonesia, besarnya dana asing yang diinvestasikan terlihat dari net foreign value transaksi saham di Bursa Efek Indonesia yang dilakukan oleh investor asing. Selama periode Januari dan Februari 2009, transaksi asing menunjukkan net jual (diindikasikan oleh nilai penjualan yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pembelian), seiring dengan penurunan aktivitas ekonomi global, berkurangnya lapangan pekerjaan serta menurunnya pendapatan masyarakat. Hal ini berpengaruh terhadap melemahnya nilai tukar Rupiah dari Rp 11.355/US$ per akhir Januari 2009 menjadi Rp 11.980/US$ per akhir Februari 2009. Pada periode Maret hingga Juni tahun 2009, terjadi perbaikan dalam transaksi asing yang membukukan net beli. Kinerja keuangan perusahaan-perusahaan di US yang berhasil membukukan laba dan indikator perumahan dan pengangguran di US yang membaik, telah mendorong rally di pasar saham global. Hal tersebut berimbas pada pasar saham di kawasan Asia, termasuk Indonesia, yang juga mendorong penguatan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar.
Dari sisi kepemilikan Surat Utang Negara (SUN), penempatan dana oleh investor asing sempat mengalami penurunan selama periode Desember 2008 sebesar Rp 87,61 triliun hingga Maret 2009 sebesar Rp 79,83 miliar, akibat pengetatan likuiditas yang masih membayangi kondisi pasar keuangan global sebagai konsekuensi dari masih berlangsungnya penurunan aktivitas ekonomi di sejumlah negara maju. Namun, sejalan dengan perkembangan di pasar saham Indonesia, aliran modal asing mulai kembali masuk dalam instrumen obligasi meski masih dalam porsi terbatas dengan mencermati momentum perbaikan ekonomi global ke depan dan cenderung melakukan perdagangan dalam jangka pendek. Pada posisi per akhir Juni 2009, kepemilikan investor asing dalam SUN kembali mencapai Rp 87,15 triliun.
Cadangan devisa Indonesia dari akhir Desember 2008 sebesar US$ 51,639.32 sempat mengalami penurunan per akhir Januari 2009 (US$ 50,869.55 juta) dan Februari 2009 (US$ 50,564.33 juta) karena melemahnya kinerja ekspor selama periode tersebut. Periode akhir Maret 2009 hingga akhir Juni 2009, cadangan devisa menunjukkan peningkatan menjadi US$ 57,576,02 juta, atau setara dengan 5,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Hal ini terutama disebabkan oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan sejalan dengan membaiknya ekspor, yang didukung oleh meningkatnya permintaan komoditas berbasis sumber daya alam oleh beberapa negara, terutama China dan negara Asia non-Jepang lainnya, serta perkembangan harga komoditas selama Semester I tahun 2009.
Di pasar saham Indonesia, besarnya dana asing yang diinvestasikan terlihat dari net foreign value transaksi saham di Bursa Efek Indonesia yang dilakukan oleh investor asing. Selama periode Januari dan Februari 2009, transaksi asing menunjukkan net jual (diindikasikan oleh nilai penjualan yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pembelian), seiring dengan penurunan aktivitas ekonomi global, berkurangnya lapangan pekerjaan serta menurunnya pendapatan masyarakat. Hal ini berpengaruh terhadap melemahnya nilai tukar Rupiah dari Rp 11.355/US$ per akhir Januari 2009 menjadi Rp 11.980/US$ per akhir Februari 2009. Pada periode Maret hingga Juni tahun 2009, terjadi perbaikan dalam transaksi asing yang membukukan net beli. Kinerja keuangan perusahaan-perusahaan di US yang berhasil membukukan laba dan indikator perumahan dan pengangguran di US yang membaik, telah mendorong rally di pasar saham global. Hal tersebut berimbas pada pasar saham di kawasan Asia, termasuk Indonesia, yang juga mendorong penguatan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar.
Dari sisi kepemilikan Surat Utang Negara (SUN), penempatan dana oleh investor asing sempat mengalami penurunan selama periode Desember 2008 sebesar Rp 87,61 triliun hingga Maret 2009 sebesar Rp 79,83 miliar, akibat pengetatan likuiditas yang masih membayangi kondisi pasar keuangan global sebagai konsekuensi dari masih berlangsungnya penurunan aktivitas ekonomi di sejumlah negara maju. Namun, sejalan dengan perkembangan di pasar saham Indonesia, aliran modal asing mulai kembali masuk dalam instrumen obligasi meski masih dalam porsi terbatas dengan mencermati momentum perbaikan ekonomi global ke depan dan cenderung melakukan perdagangan dalam jangka pendek. Pada posisi per akhir Juni 2009, kepemilikan investor asing dalam SUN kembali mencapai Rp 87,15 triliun.
Kondisi Makro Ekonomi Semester I Tahun 2009
Laporan BPS menyebutkan secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia Semester I tahun 2009 dibandingkan dengan Semester I tahun 2008 tumbuh sebesar 4,2%. Kenaikan terjadi pada pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,4%, konsumsi pemerintah tumbuh 18,0%, pembentukan modal tetap bruto tumbuh 3,0%. Sedangkan yang mengalami penurunan adalah ekspor dan impor tumbuh negatif masing-masing 17,2% dan 24,9 %. Besaran PDB atas dasar harga berlaku pada Semester I tahun 2009 mencapai Rp 2.667,3 triliun, atau meningkat jika dibandingkan Semester I tahun 2008 yang sebesar Rp 2.353,0 triliun.
Secara kumulatif total nilai ekspor Indonesia selama periode Januari hingga Juni 2009 mencapai US$ 50,02 miliar atau menurun sebesar 28,94% yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 sebesar US$ 70,45 miliar. Ekspor nonmigas selama Semester I tahun 2009 mencapai US$ 42,85 miliar, atau menurun sebesar 21,10% yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 54,30 miliar, sedangkan ekspor migas selama periode tersebut juga menurun sebesar 55,42% yoy dari US$ 16,09 miliar menjadi US$ 7,18 miliar. Untuk ekspor nonmigas, Jepang merupakan negara tujuan terbesar dengan nilai US$ 5,04 miliar (merupakan 11,77% dari total ekspor nonmigas), diikuti Amerika Serikat dengan nilai US$ 4,83 miliar (11,27%), dan Singapura dengan nilai US$ 3,96 miliar (9,24%). Sementara Uni Eropa yang terdiri dari 27 negara memberikan kontribusi sebesar US$ 6,02 miliar (14,06%).
Nilai impor selama periode Januari hingga Juni 2009 mencapai US$ 41,40 miliar, atau menurun sebesar 36,46% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 sebesar US$ 65,15 miliar. Impor nonmigas selama Semester I tahun 2009 mencapai US$ 33,99 miliar, atau menurun sebesar 29,64% dibandingkan periode yang sama dengan tahun sebelumnya sebesar US$ 48,30 miliar, sedangkan impor migas selama periode tersebut juga mengalami penurunan sebesar 56,02% dari US$ 16,85 miliar menjadi US$ 7,41 miliar. Apabila diklasifikasikan berdasarkan penggunaan barang, impor bahan baku/penolong berkontribusi paling besar mencapai US$ 29,67 miliar (merupakan 71,67% dari total impor). Sementara itu, impor barang modal dan barang konsumsi masing-masing berkontribusi sebesar US$ 8,84 miliar (21,36%) dan US$ 2,89 miliar (6,97%).
Secara kumulatif total nilai ekspor Indonesia selama periode Januari hingga Juni 2009 mencapai US$ 50,02 miliar atau menurun sebesar 28,94% yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 sebesar US$ 70,45 miliar. Ekspor nonmigas selama Semester I tahun 2009 mencapai US$ 42,85 miliar, atau menurun sebesar 21,10% yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 54,30 miliar, sedangkan ekspor migas selama periode tersebut juga menurun sebesar 55,42% yoy dari US$ 16,09 miliar menjadi US$ 7,18 miliar. Untuk ekspor nonmigas, Jepang merupakan negara tujuan terbesar dengan nilai US$ 5,04 miliar (merupakan 11,77% dari total ekspor nonmigas), diikuti Amerika Serikat dengan nilai US$ 4,83 miliar (11,27%), dan Singapura dengan nilai US$ 3,96 miliar (9,24%). Sementara Uni Eropa yang terdiri dari 27 negara memberikan kontribusi sebesar US$ 6,02 miliar (14,06%).
Nilai impor selama periode Januari hingga Juni 2009 mencapai US$ 41,40 miliar, atau menurun sebesar 36,46% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 sebesar US$ 65,15 miliar. Impor nonmigas selama Semester I tahun 2009 mencapai US$ 33,99 miliar, atau menurun sebesar 29,64% dibandingkan periode yang sama dengan tahun sebelumnya sebesar US$ 48,30 miliar, sedangkan impor migas selama periode tersebut juga mengalami penurunan sebesar 56,02% dari US$ 16,85 miliar menjadi US$ 7,41 miliar. Apabila diklasifikasikan berdasarkan penggunaan barang, impor bahan baku/penolong berkontribusi paling besar mencapai US$ 29,67 miliar (merupakan 71,67% dari total impor). Sementara itu, impor barang modal dan barang konsumsi masing-masing berkontribusi sebesar US$ 8,84 miliar (21,36%) dan US$ 2,89 miliar (6,97%).
Senin, 10 Agustus 2009
Tired
Duh, beneran getting tired nih kerjaaaaaa melulu, lembuuurrrrr terus. Tiap hari pulang jam 9 - 10 malam. Tapi kok kerjaan ga beres2. Syedaaapppp tenannn... Jangan sampai sakittttt dueh. Dibantu minum kapsul Habatussauda yang dibeli dari teman. Lumayan membantu mencegah penyakit. Kalau mau flu atau rada pusing, minum kapsulnya deh. Alhamdulillah besoknya ga jadi sakit yang berat2 amat. Minimal sehari sekali lah (promosi euy, bantuin teman hihihihi).
Makanya kalau ketemu weekend langsung dipuas2kan tidurnya deh, bobo ama bantal guling. Kebluk amat dah!!! dalam tokoh wayang Jawa, seperti kumbukarno alias raksasa yang doyan tidur (kalau ga salah seperti itu cerita ortu-ku jaman aku kecil dulu).
Ga sempet nulis2 di blog, pengennya cerita banyak tapi sampai di rumah udah ga kuat mau ngapa2in. Di knator juga ga sempet berlama2 buka internet. Huaaa!!!!! Hidupku terpaku dari urusan kerjaan yang satu ke kerjaan yang lain, sampai terbawa mimpi. Ampyunnnn, sebegitu berdedikasinya diriku.
Makanya kalau ketemu weekend langsung dipuas2kan tidurnya deh, bobo ama bantal guling. Kebluk amat dah!!! dalam tokoh wayang Jawa, seperti kumbukarno alias raksasa yang doyan tidur (kalau ga salah seperti itu cerita ortu-ku jaman aku kecil dulu).
Ga sempet nulis2 di blog, pengennya cerita banyak tapi sampai di rumah udah ga kuat mau ngapa2in. Di knator juga ga sempet berlama2 buka internet. Huaaa!!!!! Hidupku terpaku dari urusan kerjaan yang satu ke kerjaan yang lain, sampai terbawa mimpi. Ampyunnnn, sebegitu berdedikasinya diriku.
Langganan:
Postingan (Atom)