Kamis, 22 Oktober 2009

Overview Obligasi Semester I Tahun 2009

Nilai nominal Obligasi Negara berdenominasi Rupiah yang tercatat dan dapat diperdagangkan melalui Bursa Efek Indonesia sampai dengan tanggal 30 Juni 2009 sebesar Rp 553,23 triliun, dengan rincian Seri Fixed Rate sebesar Rp 327,06 triliun, Seri Variable Rate sebesar Rp 145,08 triliun, Zero Coupon sebesar Rp 11,45 triliun, Obligasi Retail sebesar Rp 34,57 triliun, Surat Perbendaharaan Negara sebesar Rp 24,81 triliun, Surat Berharga Syariah Nasional sebesar Rp 4,70 triliun serta Sukuk Negara Ritel sebesar Rp 5,56 triliun. Volume transaksi Obligasi Negara yang dilaporkan melalui sistem OTC-FITS (Over the Counter Fixed Income Trading System) dan PLTO (Penerima Laporan Transaksi Obligasi) Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar Rp 363,94 triliun selama periode Januari hingga Juni tahun 2009. Nilai transaksi tersebut mengalami penurunan sebesar 28,79% dibandingkan dengan transaksi SUN selama periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp 511,10 triliun. Rata-rata transaksi Obligasi Negara per hari selama Semester I tahun 2009 sebesar Rp 3.007,77 miliar (121 hari), sedangkan selama periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp 4.189,34 miliar (122 hari).

Di lain pihak, nilai nominal Obligasi Korporasi yang tercatat dan dapat diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia per 30 Juni 2009 dalam denominasi Rupiah sebesar Rp 81,59 triliun. Volume transaksi Obligasi Korporasi berdenominasi Rupiah yang dilaporkan melalui sistem OTC-FITS (Over the Counter Fixed Income Trading System) dan PLTO (Penerima Laporan Transaksi Obligasi) Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar Rp 19,11 triliun selama periode Januari hingga Juni 2009. Sama halnya dengan Obligasi Negara, nilai transaksi tersebut mengalami penurunan sebesar 36,66% dibandingkan dengan transaksi Obligasi Korporasi selama periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp 30,18 triliun. Rata-rata transaksi Obligasi Korporasi berdenominasi Rupiah per hari selama Semester I tahun 2009 sebesar Rp 157,97 miliar (121 hari), sedangkan selama periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp 247,34 miliar (122 hari).

Nilai Surat Utang Negara (SUN) pada posisi per akhir Juni 2009 sebesar Rp 553,23 triliun, atau meningkat sebesar 5,24% ytd dibandingkan dengan posisi per akhir Desember 2008 sebesar Rp 525,69 triliun. Penempatan terbesar per akhir Juni 2009 terdapat pada sektor perbankan yang mencapai Rp 272,16 triliun (merupakan 49,19% dari total) yang cenderung bergerak meningkat dari awal tahun 2009 hingga akhir Maret 2009 namun kemudian menurun dari bulan April 2009 hingga Juni 2009. Penempatan pada non perbankan per akhir Juni 2009 mencapai Rp 256,96 triliun (merupakan 46,45% dari total), atau meningkat dari periode akhir Desember 2008 sebesar Rp 243,93 triliun. Porsi kepemilikan asing terhadap SUN menunjukkan tren penurunan dari akhir Desember 2008 sebesar Rp 87,61 triliun menjadi Rp 79,83 triliun per akhir Maret 2009, namun kemudian kembali meningkat hingga akhir Juni 2009 mencapai Rp 87,15 triliun (15,75% dari total). Penurunan porsi asing selama Triwulan I tahun 2009 tersebut terutama disebabkan oleh pengetatan likuiditas yang masih membayangi kondisi pasar keuangan global sebagai konsekuensi dari masih berlangsungnya penurunan aktivitas ekonomi di sejumlah negara maju. Investor asing cenderung untuk memindahkan dananya dari SUN dan membeli mata uang US Dollar karena saat ini US Dollar dianggap sebagai safe haven currency, yaitu mata uang yang paling aman untuk dipegang di tengah resesi ekonomi global yang melanda hampir seluruh dunia. Sementara itu, tren peningkatan porsi investor asing selama Triwulan II tahun 2009 terutama disebabkan oleh optimisme perbaikan ekonomi global telah menumbuhkan minat investasi terhadap aset di pasar keuangan emerging markets, termasuk Indonesia.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bloomberg, kurva tingkat imbal hasil Obligasi Pemerintah bergerak menurun dari posisi per 31 Desember 2008 hingga posisi per 30 Juni 2009 (peningkatan harga pasar Obligasi Pemerintah), terutama untuk obligasi jangka waktu 1 tahun hingga 15 tahun karena arus investasi asing yang masuk ke pasar surat utang masih terbatas. Sentimen positif berasal dari tren penurunan inflasi selama Semester I tahun 2009 dari 11,06% yoy pada akhir Desember 2008 menjadi 3,65% per akhir Juni 2009, serta kestabilan kondisi politik pasca Pemilu. Sementara itu, yield obligasi jangka waktu lebih dari 15 tahun meningkat tipis (terjadi penurunan harga pasar Obligasi Pemerintah), sebagai dampak dari yield curve obligasi pemerintah per 31 Desember 2008 yang flat, akibat gejolak pasar keuangan global yang mengarah pada pengetatan likuiditas secara global, pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar serta kenaikan risiko emerging market.

Yield Obligasi Pemerintah jangka pendek hingga menengah per tanggal 30 Juni 2009 berkisar antara 7,88% hingga 9,86%, sedangkan untuk obligasi jangka panjang memiliki tingkat yield yang antara 10,15% hingga 12,34%. Di lain pihak, Yield Obligasi Pemerintah jangka pendek hingga menengah per tanggal 31 Desember 2008 berkisar antara 11,27% hingga 11,80%, sedangkan untuk obligasi jangka panjang memiliki tingkat yield yang antara 11,83% hingga 12,22%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar