Kamis, 16 Juli 2009

Jembatan Suramadu

Beberapa hari sebelum cuti besar berakhir, aku dan keluarga menyempatkan diri untuk jalan-jalan ke Surabaya. Mumpung lagi ada di Surabaya, kami menyempatkan diri untuk mampir dan melihat jembatan Suramadu, yang merupakan singkatan dari jembatan Surabaya-Madura. Dari berita yang kubaca di koran maupun kulihat di TV, sepertinya jembatan Suramadu terlihat megah dan cukup bagus. Kebetulan juga temanku yg beberapa waktu lalu dinas menghadiri RUPS GGRM di Kediri, sempat melihat langsung jembatan tersebut. Kesannya cukup baik dan memang bagus. Jelas aku jadi semakin penasaran dong, seperti apa sih jembatan yang, kata orang, dibuat asli buatan dalam negeri, oleh anak bangsa (ceile). Jadinya, Jumat sore itu kami berkunjung ke Jembatan Suramadu.

Tiket tol untuk mobil seharga Rp 30.000, sedangkan untuk motor seharga Rp 3.000 (tarif mobil lebih mahal 10 kali lipat dibandingkan motor!!). Jalan untuk motor dipisahkan dengan jalan untuk mobil, so motor punya jalurnya sendiri dan menjadi terlihat lebih tertib. Dari jauh, jembatan itu terlihat menanjak dan cukup terjal, ternyata setelah kami lewati, jalan yang menanjak tinggi itu tidak terasa. Begitu pula sewaktu jalanan menurun. Jalan yang melengkung di tengahnya itu, memang sengaja dibuat menanjak lalu menurun karena di bawah jembatan merupakan laut, dimana kapal-kapal masih melewati jalur tersebut. Tentunya tidak semua kapal bisa lewat, ada batas maksimum untuk tinggi kapal.


Karena kami jalan-jalan di sore hari, matahari yang sedang terbenam (sunset) tampak sangat indah. Hal ini bikin mamaku ingin berfoto dulu di pinggir jembatan. Sayangnya ada tanda 'S Coret' alias dilarang berhenti sehingga aku tidak berani menghentikan kendaraan di pinggir jalan tol. Meskipun ada beberapa kendaraan yang berhenti dan berfoto-foto, tapi daripada ditangkap polisi.. Waduh, ga berani deh. Maaf ya Mom, lain kali ajah. Sebenarnya, pada saat awal-awal jembatan ini dibuka untuk umum, masyarakat masih boleh berfoto di situ, tapi mugnkin sekarang dilarang karena dikhawatirkan akan mengganggu perjalanan.


Baru kali ini aku berkunjung ke pulau Madura. Setelah keluar dari pintu tol, jalan yang menuju kota Bangkalan Madura terasa sangat panjang dan jauh. Selepas pintu tol keluar tersebut, ada pedagang-pedagang yang menjajakan makanan seperti tahu. Tanah Madura ternyata tandus dan banyak tanah kapur. Mungkin karena jembatan ini baru saja diresmikan Presiden, maka belum banyak infrastruktur pendukung yang dibangun oleh Pemerintah. Misalnya, tempat peristirahatan, tempat wisata atau industri. Pembangunan jembatan Suramadu tentunya akan lebih menguntungkan apabila dapat ikut meningkatkan pendapatan pulau Madura, ya misalnya dengan menambah industri atau pabrik-pabrik baru di sana karena hasil produksi akan lebih cepat didistribusikan melalui jembatan tersebut ke pulau Jawa.
Selanjutnya kami meneruskan perjalanan ke Bangkalan, karena itu adalah salah satu kota terdekat. Di jalan, kami juga menyempatkan diri untuk shalat Maghrib. Setelah berputar-putar melihat kota Bangkalan sambil mencari makanan, akhirnya kami makan ikan bakar di suatu rumah makan (aku lupa nama rumah makannya dan nama jalannya, yang jelas sepertinya bukan di pusat kota). Senangnya, bisa menjejakkan kaki di Pulau Madura. Mungkin lain kali bisa mencicipi wisata kuliner di sana. Kemarin sempat search di internet mengenai tempat makan yang enak di Madura. Namun berhubung sudah malam dan keburu lapar, jadi belum sempat mencari makanan khas Madura. Tapi mamaku sempat juga beli oleh-oleh kacang, terasi (katanya sih terasi ini tidak ada pengawetnya) dan petis udang.



















Ini gambar Jembatan Suramadu difoto dari mobil yang sedang berjalan (maaf ya kalau kurang jelas hehe).

Semoga Pemerintah terdorong untuk membangun jalur Jawa - Sumatera, seperti Jembatan Suramadu ini, supaya perdagangan antara kedua pulau tersebut semakin lancar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar